Monday, August 7, 2017

Mengapa Takut?

Beberapa minggu yang lalu, saya dan teman-teman diberikan kesempatan dan tanggung jawab untuk tampil dan mengutarakan beberapa hasil penelitian kita di salah satu forum Internasional. Dalam kesempatan tersebut tidak hanya kami yang masih belum berpengalaman yang akan tampil, tetapi beberapa senior dan sarjana-sarjana lain yang berdasarkan record nya telah memiliki pengalaman terbang yang jauh berbeda dengan kami juga akan ikut berpartisipasi. Kenyataan ini membuat teman-teman merasa cemas dan gelisah. Perasaan takut akan berbuat suatu kesalahan dan merasa diri tidak sepintar yang lainnya membuat mereka semakin gugup. Hal tersebut juga yang dulunya selalu mengganggu saya.

Lulus dan kuliah di jurusan Bahasa Inggris yang bukan menjadi salah satu mimpi saya, telah banyak memberikan pengalaman pahit. Di pertemukan dengan orang-orang yang pada hari pertama perkuliahan sudah mampu berbahasa dengan lancar membuat saya sering sekali ingin menyerah karena takut tidak mampu bersaing dengan mereka.
Selama hampir 3 tahun saya terus berusaha belajar dengan perasaan tertekan, merasa gugup, dan takut akan mempermalukan diri dihadapan teman-teman yang lain. Saya terus saja berlomba-lomba agar bisa berada di atas teman-teman yang sedari awal kemampuan mereka sudah jauh di atas kemampuan saya.
Lelah dan penat yang saya rasa. Berkali-kali perasaan letih membuat saya ingin menyerah. Perasaan takut membuat saya semakin tidak percaya diri. Kegagalanpun terus saja membuat saya menyalahkan diri sendiri dan menjadikan orang lain sebagai alasan akan ketidak mampuan saya.

Sampai pada suatu hari saya merenung mengingat kembali betapa lelahnya hari-hari yang saya tempuh selama itu. Saya mulai membolak-balik buku catatan, mencoba melihat kembali tugas-tugas kuliah yang sudah pernah saya selesaikan, dan memperhatikan nilai-nilai yang tercetak di atas Kartu Hasil Study saya. Tanpa sadar saya terdiam, dan tersenyum melihat perubahan yang sangat significant pada kemampuan saya.

Saat itu saya merasa bangga. Saya mulai mengerti, selama ini saya terus saja merasa tertekan dan frustasi karna terus membandingkan diri dengan orang lain. Merasa cemburu, iri, dan kesal terhadap mereka, telah membuat saya lupa akan diri sendiri.
Kejadian itu membuat saya sadar, musuh terbesar dalam hidup saya adalah diri saya sendiri. Sibuk akan melihat hasil orang lain membuat saya lupa bersyukur. Sehingga apapun yang saya lakukan tidak pernah mudah dan sesuai dengan harapan.

Oleh sebab itu, di tahun terahir diperkuliahan saya mulai mencoba merubah pola fikir, mencoba untuk bersyukur, dan menghargai apa yang telah saya raih, serta menjadikan orang-orang di sekitar saya sebagai contoh untuk memotivasi diri menjadi lebih baik.
Pengalaman tersebut telah mampu membuat saya seperti hari ini. Sebab itu saya mencoba untuk memberi courage kepada teman-teman untuk melihat ke dalam diri mereka. Mereka juga tidak jauh berbeda. Kemampuan mereka yang luar biasa rasanya tidak pantas disia-siakan untuk gagal karena rasa takut kalah dari orang lain.

Setiap manusia telah dianugrahi kemampuan yang berbeda-beda di mana setiap proses yang dijalanipun berbeda pula. Sekeras apapun kita berusaha jika terus menjadikan orang lain sebagai perbandingan, akan sangat sulit bagi kita untuk maju. Bagaimana mungkin kita membandingkan diri dengan mereka yang telah berusaha lebih lama dari kita. tidak ada usaha yang tidak memberikan hasil yang setimpa. Semuanya tergantung pada diri kita. Mampukah kita mengalahkan diri sendiri? Mampukah kita mencoba untuk lebih menghargai apa yang kita punya? Ketika yakin bahwa kita mampu, kenapa harus takut?
Semoga bermanfaat ^^

No comments:

Post a Comment

Mengapa Takut?

Beberapa minggu yang lalu, saya dan teman-teman diberikan kesempatan dan tanggung jawab untuk tampil dan mengutarakan beberapa hasil peneli...