Beberapa minggu yang lalu, saya dan teman-teman diberikan
kesempatan dan tanggung jawab untuk tampil dan mengutarakan beberapa hasil
penelitian kita di salah satu forum Internasional. Dalam kesempatan tersebut
tidak hanya kami yang masih belum berpengalaman yang akan tampil, tetapi
beberapa senior dan sarjana-sarjana lain yang berdasarkan record nya telah
memiliki pengalaman terbang yang jauh berbeda dengan kami juga akan ikut
berpartisipasi. Kenyataan ini membuat teman-teman merasa cemas dan gelisah.
Perasaan takut akan berbuat suatu kesalahan dan merasa diri tidak sepintar yang
lainnya membuat mereka semakin gugup. Hal tersebut juga yang dulunya selalu
mengganggu saya.
Lulus dan kuliah di jurusan Bahasa Inggris yang bukan menjadi
salah satu mimpi saya, telah banyak memberikan pengalaman pahit. Di pertemukan
dengan orang-orang yang pada hari pertama perkuliahan sudah mampu berbahasa
dengan lancar membuat saya sering sekali ingin menyerah karena takut tidak
mampu bersaing dengan mereka.
Selama hampir 3 tahun saya terus berusaha belajar dengan
perasaan tertekan, merasa gugup, dan takut akan mempermalukan diri dihadapan
teman-teman yang lain. Saya terus saja berlomba-lomba agar bisa berada di atas
teman-teman yang sedari awal kemampuan mereka sudah jauh di atas kemampuan
saya.
Lelah dan penat yang saya rasa. Berkali-kali perasaan letih
membuat saya ingin menyerah. Perasaan takut membuat saya semakin tidak percaya
diri. Kegagalanpun terus saja membuat saya menyalahkan diri sendiri dan menjadikan
orang lain sebagai alasan akan ketidak mampuan saya.
Sampai pada suatu hari saya merenung mengingat kembali betapa
lelahnya hari-hari yang saya tempuh selama itu. Saya mulai membolak-balik buku
catatan, mencoba melihat kembali tugas-tugas kuliah yang sudah pernah saya
selesaikan, dan memperhatikan nilai-nilai yang tercetak di atas Kartu Hasil
Study saya. Tanpa sadar saya terdiam, dan tersenyum melihat perubahan yang
sangat significant pada kemampuan saya.
Saat itu saya merasa bangga. Saya mulai mengerti, selama ini
saya terus saja merasa tertekan dan frustasi karna terus membandingkan diri
dengan orang lain. Merasa cemburu, iri, dan kesal terhadap mereka, telah
membuat saya lupa akan diri sendiri.
Kejadian itu membuat saya sadar, musuh terbesar dalam hidup saya
adalah diri saya sendiri. Sibuk akan melihat hasil orang lain membuat saya lupa
bersyukur. Sehingga apapun yang saya lakukan tidak pernah mudah dan sesuai
dengan harapan.
Oleh sebab itu, di tahun terahir diperkuliahan saya mulai
mencoba merubah pola fikir, mencoba untuk bersyukur, dan menghargai apa yang
telah saya raih, serta menjadikan orang-orang di sekitar saya sebagai contoh
untuk memotivasi diri menjadi lebih baik.
Pengalaman tersebut telah mampu membuat saya seperti hari ini.
Sebab itu saya mencoba untuk memberi courage kepada teman-teman untuk melihat
ke dalam diri mereka. Mereka juga tidak jauh berbeda. Kemampuan mereka yang
luar biasa rasanya tidak pantas disia-siakan untuk gagal karena rasa takut
kalah dari orang lain.
Setiap manusia telah dianugrahi kemampuan yang berbeda-beda di
mana setiap proses yang dijalanipun berbeda pula. Sekeras apapun kita berusaha
jika terus menjadikan orang lain sebagai perbandingan, akan sangat sulit bagi
kita untuk maju. Bagaimana mungkin kita membandingkan diri dengan mereka yang
telah berusaha lebih lama dari kita. tidak ada usaha yang tidak memberikan
hasil yang setimpa. Semuanya tergantung pada diri kita. Mampukah kita
mengalahkan diri sendiri? Mampukah kita mencoba untuk lebih menghargai apa yang
kita punya? Ketika yakin bahwa kita mampu, kenapa harus takut?
Semoga bermanfaat ^^